BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Rabu, 13 Juli 2011

Darsem Bebas, Keluarga Ruyati Ikut Bersyukur

"Cukup umi yang terakhir dipancung, jangan ada yang lain. Kasihan mereka."

VIVAnews -- Nyawa Darsem memang pernah di ujung tanduk, kepalanya terancam ditebas algojo Arab Saudi. Tapi, ia jauh lebih beruntung dari Ruyati Binti Satubi, yang dieksekusi tanpa mendapatkan upaya pembelaan maksimal.

Bagaimanapun, kabar bebasnya Darsem disambut gembira keluarga almarhumah Ruyati. "Ya kalau Darsem bisa bebas bagus itu. Apalagi semenjak kejadian umi (ibu), pemerintah sekarang lebih serius," ungkap Een Nuraeni, anak pertama Ruyati, yang dihubungi VIVAnews.com, Selasa 12 Juli 2011 malam.

Een berharap, bukan hanya Darsem yang diperjuangkan. "Saya dengar masih banyak, bukan cuma di Arab Saudi saja. Saya minta mereka di upayakan semaksimal mungkin. Cukup umi yang terakhir dipancung,  jangan ada yang lain. Kasihan mereka," ujarnya.

Ia menambahkan, pemerintah  dalam hal ini Kementrian Luar Negeri, Kementrian Tenaga Kerja dan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) diharapkan bisa serius melindungi semua tenaga kerja yang tengah mengalami masalah hukum di luar negeri.

"Harapan saya semuanya harus dilindungi, dan diberikan upaya pembelaan semaksimal mungkin. Jangan kayak umi saya nggak ada yang bela, nggak ada yang peduli. Bahkan saat dia dihukum pancung nggak ada yang dampingi," kata dia, dengan suara berat.

Tak hanya TKI yang dihukum, menurut dia, majikan yang menganiaya tenaga kerja asal Indonesia harus dihukum berat. "Minimal hukumannya sama. Saya baca di koran, ada TKI di Arab Saudi namanya Kikim Komalasari, sudah diperkosa sama majikan, dibunuh, dan mayatnya di buang ke tempat sampah. Majikannya juga harus dipancung, jangan cuma dipenjara. Kalau perlu kepala majikannya dikirim ke keluarganya untuk membuktikan. Hukumannya itu harus adil, jangan mentang-mentang majikan, hukumannya dibedakan," ucapnya.

Bukan hanya Kikim, Een juga menuntut pelaku penyiksa Sumiati TKW yang di gunting bibirnya oleh majikan, hukumannya juga sama, qisash.
Meski telah merelakan kepergian Ruyati, masih ada yang mengganjal hati pihak keluarga. Mereka ingin jasad Ruyati pulang. "Saya dan Keluarga masih tetap menuntut agar Pemerintah mengupayakan kepulangan Umi," tambahnya.

Een mengaku tidak puas jika hanya diberikan kesempatan untuk melihat makam ibunya di Arab Saudi. "Saya tetap ingin Umi dimakamkan di sini (Bekasi). Kalau cuma lihat makam, meskipun dibongkar sekalipun, saya nggak percaya itu makam Umi."

Keluarga Almarhumah Ruyati sendiri, lanjut Een, sudah menyiapkan lahan untuk makam, bila Ruyati berhasil dipulangkan. "Letaknya sekitar 200 meter dari rumah Umi di Kampung Ceger. Ada lahan keluarga, punya kakek saya Haji Satubi. Di situ nanti Umi rencananya akan dimakamkan," tuturnya.

Sejauh ini upaya pemulangan jenazah Ruyat masih terus di lakukan pihak keluarga. "Kemarin juga orang dari Kemenlu datang ke rumah, minta saya bikin surat kuasa permohonan pemulangan jenazah," bebernya.

Selain itu BNP2TKI juga sudah menelpon Een agar segera mengirimkan surat kuasa permohonan pemulangan jenazah yang ditandatangani Kelurahan dan Kecamatan. "Saya sudah buat suratnya dan dititipkan ke Migrant Care. Tapi saya nggak tahu, kapan Umi bisa dipulangkan. Karena Pemerintah juga belum bisa memastikan itu," lanjutnya.

Een dan keluarga besar Ruyati binti Satubi kini terus memantau sejauh mana upaya yang dilakukan Pemerintah untuk pemulangan jenazah. "Kalau masih nggak ada kejelasan. Saya akan datangi semua kantor-kantor kementrian yang bertanggung-jawab. Saya akan lakukan itu secara terus-menerus, sampai jenazah Umi di pulangkan," kata Een lagi.

Tidak ada komentar: