VIVAnews - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
menyebutkan ada yang pernah melaporkan Ketua DPP Partai Hanura Fuad
Bawazier terkait dugaan tak taat bayar pajak kepada Mabes Polri.
Tak
hanya Fuad, SBY juga menyebut nama Adi Massardi dan Ratna Sarumpaet.
Tapi secara khusus Presiden SBY menyoroti Fuad Bawazier. Ia menyebutkan
sejak enam tahun lalu dirinya sempat akan mengangkat Fuad sebagai
menteri.
Tapi di saat terakhir mendapat data dari Komisi Pemberantasan Korupsi, jika Fuad diangkat nanti akan jadi masalah besar.
Ungkapan SBY ini disampaikan menyusul adanya pemberitaan bahwa keluarga SBY tak taat membayar pajak.
Saat
rapat dengar pendapat dengan Komisi Pemberantasan Korupsi di DPR, Rabu 6
Februari 2013, anggota Komisi III dari Fraksi Partai Golkar, Bambang
Soesatyo dan anggota Fraksi Partai Hanura Syarifudin Suding langsung
mengkonfirmasi pernyataan SBY ini.
"Apa benar Fuad Bawazier punya kasus besar di KPK?," tanya Bambang.
"Presiden
bilang bahwa pernah ingin memakai beliau di kabinet tapi membatalkan
karena KPK memberi masukan bahwa Fuad bermasalah," kata dia.
Namun,
Ketua KPK Abraham Samad mengaku tak mengetahui soal kasus tersebut.
Sehingga Samad meminta Penasehat KPK, Abdullah Hehamahua untuk
menjelaskan kronologi kasus ini. Pasalnya, saat kasus ini bergulir,
Abdullah menjabat sebagai Wakil Ketua KPK bidang Komite Pengawas
Kekayaan Penyelenggaran Negara (KPKPN).
Abdullah kemudian
menjelaskan di depan anggota DPR bahwa kejadian itu terjadi pada tahun
2005. Ketika itu, Presiden SBY ingin melakukan reshuffle kabinet dan ingin mengangkat Fuad Bawazier menjadi menteri. SBY pun mencari informasi mengenai Fuad Bawazier.
Saat
itu, kata Abdulah, SBY mengutus Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi
untuk mencari tahu informasi dan laporan kekayaan yang dimiliki Fuad
Bawazier. "Sekretarisnya Pak Sudi menelpon Taufiequrrachman Ruki (saat
itu Ketua KPK), saat itu saya di ruangan," kata Abdullah.
Abdullah
mengatakan bahwa Fuad Bawazier sebagai anggota DPR periode 1999-2004
telah melaporkan harta kekayaannya. Namun, diperlukan pemeriksaan
kembali. Pemeriksaan melalui tiga tahap yakni, administrasi, substansif
dan lapangan. Abdullah kemudian mengutus tim untuk melakukan pemeriksaan
itu.
"Mereka lapor ke saya kalau sudah selesai. Ternyata tim menemukan ada permasalahan dalam hal angka-angka," kata Abdullah.
Karena
terdapat kejanggalan dalam angka-angka, Abdulah melanjutkan, maka KPKPN
lalu meningkatkan statusnya menjadi pemeriksaan khusus.
"Dalam
tahap kedua itu tim menemukan kejanggalan di mana kekayaan berasal dari
modal pinjaman adiknya di Arab Saudi," ujar Abdullah.
Abdullah
mengatakan pihaknya kemudian memanggil Fuad Bawazier. Kemudian
memanggil adik dari Fuad Bawazier di Arab Saudi. Lalu, lanjut Abdullah,
pihaknya melaporkan ke Mabes Polri kasus tersebut bersama 11 anggota DPR
lainnya.
"Seingat saya ada 11 orang anggota DPR, namun berkasnya
belum sempat diproses, keburu KPKPN dibubarkan. Saya jelaskan kronologi
ke Pak Sudi sampai akhirnya mungkin ke SBY," kata dia.
Namun,
Suding kemudian menimpali bahwa seharusnya kasus ini tak perlu
dibesar-besarkan. "Persoalan ini tidak perlu dibesar-besarkan untuk cari
persoalan yang pada dasarnya tidak ada prinsipnya," ujar Suding.
Seperti
diberitakan, SBY mengungkap kasus ini ketika berada di Jedah, Arab
Saudi. Ungkapan SBY ini menyusul adanya pemberitaan bahwa keluarga SBY
tak taat membayar pajak. Sehingga, SBY menyebut aktivis Adhie Massardi,
Ratna Sarumpaet, dan Fuad Bawazier sebagai pihak yang melaporkan
penggelapan pajak yang dituduhkan kepadanya. Presiden pun mengaku
prihatin dituduh tidak membayar pajak. (eh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar