Jakarta (ANTARA News) - Jumlah kemiskinan di Indonesia per Maret 2011 menurun hingga satu juta orang, namun ketimpangan pendapatan masyarakat cenderung meningkat.

"Hal tersebut diakibatkan karena pendapatan golongan bawah jauh lebih lambat dibandingkan yang di atas. Dari sisi pertumbuhan, sektor pertanian dan industri tidak bergerak, yang bergerak hanyalah sektor jasa," kata Direktur Analisis dan Perkembangan Statistik Badan Pusat Statistik (BPS), Kecuk Suharyanto, mengatakan dalam diskusi politik dan statistik di Jakarta, Rabu.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, gini ratio pada 2010 sebesar 0,331 atau turun dari tahun lalu sebesar 0,357. Namun penurunan gini ratio hanya terjadi di perkotaan dari 0,362 menjadi 0,352 sedangkan di pedesaan meningkat menjadi 0,297 dari 0,288.

Ia menjelaskan jumlah kemiskinan terbesar sebanyak 72 persen berasal dari masyarakat yang hidup dari sektor pertanian dan pendapatan golongan yang hidup dari wilayah pedesaan tersebut masih sangat rendah dan stagnan.

"Salah satu karakteristik yang penting dari kemiskinan adalah mereka terbanyak tinggal di pedesaan. Selama ini tidak ada kebijakan penanggulangan khusus di pertanian. Padahal kita sudah beri peringatan, upah buruh petani tidak bergerak dari Rp37 ribu per hari, sekarang Rp39 ribu per hari," ujar Kecuk.

Selain itu, ia memperingatkan bahwa jumlah orang hampir miskin di Indonesia mencapai 27,14 juta atau 11,29 persen dari seluruh penduduk Indonesia dan hal tersebut juga patut diwaspadai.

"Untuk itu, stabilitas harga pangan harus dijaga karena dari semua jumlah komoditas yang dikonsumsi orang miskin, paling banyak sebesar 30 persen adalah beras. Kalau tidak dijaga, maka jumlah orang miskin akan berjatuhan," katanya menjelaskan.

Untuk itu, ia mengharapkan ada kebijakan yang jelas dari pemerintah, terutama bagi kelompok hampir miskin seperti pemberian bantuan tunai langsung (BLT) bersyarat dalam bentuk program keluarga harapan.

"Anggaran pemerintah besar untuk turunkan kemiskinan sekitar Rp86 triliun, tapi 2010 turun kok lamban. BPS berulang-ulang bilang, jumlah hampir miskin harap diperhatikan juga, jangan yang miskin selamat tapi yang hampir berjatuhan," kata dia.

Sementara pengamat ekonomi INDEF, Ahmad Erani Yustika, menambahkan saat ini jumlah kemiskinan mencapai 30,02 juta orang atau 12,49 persen dari seluruh penduduk Indonesia, dan data tersebut bermanfaat untuk menilai keberhasilan pembangunan.

Namun, menurut dia, data kemiskinan yang dikeluarkan BPS seharusnya menggambarkan situasi kemiskinan itu sendiri.

"Data yang baik seharusnya mendeskripsikan keadaan yang sebenarnya dan kalau setelah diuji di lapangan ada perbedaan antara data dan fakta maka salah satu ada yang salah," ujar Erani.

Menurut dia apabila realita di lapangan memperlihatkan kesenjangan yang jauh maka kredibilitas data tersebut dapat dianggap rendah. (*)
(T.S034/A027)