BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Senin, 05 Agustus 2013

Pemudik Lebaran Alirkan Dana Rp 90 Triliun ke Daerah

Oleh : DESK INFORMASI

Momentum mudik lebaran di Indonesia yang terjadi setiap menjelang Hari Raya Idul Fitri,  sejatinya  tidak hanya sebuah peristiwa sosial budaya dan religius, tetapi juga memberi manfaat  ekonomi yang berimbas pada bergeraknya sektor riil, seperti industri kue, oleh-oleh khas daerah,  bisnis kuliner lokal,   persewaan mobil rumahan dan UMKM lainnya.
Pakar ekonomi sekaligus Staf Khusus Presiden (SKP) bidang Ekonomi dan Pembangunan, Prof. Firmanzah Ph.D mengemukakan, mudik lebaran telah berkonstribusi dalam menciptakan redistribusi pendapatan   ke daerah-daerah,  tumbuhnya investasi di daerah serta  mendukung terciptanya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru.
Mengutip prediksi Kementerian Perhubungan, Firmanzah menyebutkan, total pergerakan orang pada masa mudik Lebaran 2013 mencapai 30 juta orang. Lebih dari separuhnya, atau 55% di antara mereka, melakukan pergerakan dengan menumpang kendaraan pribadi dan 45% yang menggunakan angkutan umum.
Secara prosentase kumulatif jumlah pemudik tahun 2013 dibandingkan tahun 2012, mengalami kenaikan berkisar  6,7 persen, dimana pemudik diperkirakan mencapai  30 juta orang, baik yang berasal dari kota-kota besar di Indonesia maupun para TKI di luar negeri.
 “Ini sekaligus menunjukkan semakin meningkatnya daya beli masyarakat, dengan semakin meningkatnya migrasi penumpang mudik dari kenderaan umum ke kendaraan pribadi,” terang Firmanzah dalam perbincangan di Jakarta, Senin (5/8) pagi.
Ia memaparkan, ritual mudik lebaran tahun 2013 diperkirakan akan membawa dampak ekonomi yang besar bagi perekonomian di daerah. Setidaknya potensi dana yang mengalir ke daerah tahun ini diperkirakan mencapai Rp.90 triliun dari total pemudik yang mencapai 30 juta orang.  “Dana Rp.90 triliun ini mengalir baik dari pembarayan zakat, transportasi, konsumsi, belanja oleh-oleh, hingga kiriman untuk perbaikan rumah dan furniture-nya,” jelasnya.
Firmanzah menyebutkan, sesuai keterangan Bank Indonesia permintaan uang tunai pada setiap momen lebaran meningkat rata-rata double digit setiap tahunnya. Tahun ini, bank sentral mempersiapkan uang tunai mencapai Rp.103 triliun atau meningkat 20 persen dari tahun lalu sebesar Rp.80 trilun.
Persediaan Rp 103 triliun, lanjut Firmanzah, diharapkan dapat memenuhi tingginya permintaan uang tunai pada momen lebaran. Dari Rp 103 triliun, Jakarta diperkirakan menyerap sekitar Rp 31 triliun, sisanya Rp. 22 triliun untuk Indonesia TImur dan Rp. 50 trilun untuk Indonesia Barat.

Meningkatnya aktivitas mudik lebaran tahun 2013 ini, diyakini Firmanzah, merupakan ”buah”  dari stabilnya pertumbuhan ekonomi, meningkatnya kelas menengah   di Indonesia dan mulai dirasakannya manfaat perbaikan konektivitas nasional, yang meliputi perbaikan  berbagai infrastruktur dasar jalan raya, pelabuhan dan  bandara.
Menurut Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu, aliran dana segar dan tingginya permintaan pada momen mudik lebaran setidaknya dapat mendorong penyebaran pendapatan sehingga ketimpangan dapat direduksi disamping membantu percepatan pembangunan.
Bercermin dari fenomena mudik lebaran tersebut, menurut Prof. Firmanzah, dari sisi ekonomi, setidaknya terdapat berbagai peluang yang dapat  dimanfaatkan  dari ekonomi mudik Lebaran, terutama dalam menciptakan nilai tambah ekonomi guna memberi manfaat besar terhadap ekonomi nasional.
Peluang pertama,  aktivitas mudik (termasuk arus balik) akan menciptakan perputaran uang yang begitu besar dan cepat (velocity of money). Triliun rupiah akan berpindah tangan dari kota ke kota, dari kota ke desa-desa dan perkampungan kecil. Tentu, secara agregat, nilai uang di sini bukan hanya berbentuk cash, namun juga bisa berupa perkakas elektronik, pakaian, bahan makanan, minuman, dan berbagai barang kebutuhan lainnya.
“Tradisi mudik akan menciptakan redistribusi ekonomi dari kota besar, khususnya Jakarta ke daerah-daerah yang bisa menstimulasi aktivitas produktif masyarakat dan pertumbuhan ekonomi daerah, khususnya pada sektor UMKM dan industri rumahan lainnya, dengan belanja yang dilakukan para pemudik di daerahnya masing-masing. Dalam titik tertentu, kondisi ini bila dimanfaatkan secara optimal dapat pula  meningkatkan pertumbuhan ekonomi  kemandirian daerah,” papar Firmanzah.
Kedua, tradisi mudik meningkatkan  perbaikan infrastruktur dasar, mulai dari pembangunan jalan darat, rel kereta api, jembatan, bandar udara, hingga pelabuhan laut.
“Hal ini tentu positif untuk sektor infrastruktur itu sendiri maupun sisi ketepatan penyerapan anggaran,  peluang bisnis di bidang infrastruktur  semakin terbuka, pengusaha lokal akan berkembang  dengan pelibatan dalam berbagai pekerjaan infrastruktur, disamping menyerap tambahan tenaga kerja juga akan terjadi transfer pengetahuan praktis,” jelas Firmanzah.
Ketiga, aktivitas mudik Lebaran juga menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi nasional, yakni melalui peningkatan konsumsi, sehingga nilai konsumsi agregat yang dihasilkan pun akan sangat besar, mencapai ratusan triliun rupiah, mudik Lebaran bisa dijadikan akselerator dalam tetap menjaga pertumbuhan ekonomi sebagaimana yang ditargetkan dalam APBN-P 2013.
Keempat, tumbuhnya investasi di pedesaan,  investasi di desa dikawal agar  dapat menggerakkan sektor riil ekonomi desa seperti peternakan, pertanian, usaha kecil, home industi, perdagangan baik melalui koperasi maupun oleh pelaku ekonomi desa secara perorangan.
Menurut Firmanzah. berbagai peluang yang tumbuh dari ekonomi lebaran dapat dimanfaatkan dan diarahkan guna menggerakkan perekonomian di desa, Dana yang banyak diperoleh masyarakat desa dari perantau, bisa diarahkan agar  dapat menjadi suntikan modal bagi usaha yang produktif.
Untuk memaksimalkan manfaat ekonomi lebaran, tutur Firmanzah, sinergitas semua pihak  perlu lebih ditingkatkan  sehingga kondusif dalam mendukung  bergeraknya ekonomi masyarakat lokal,  utamanya dalam menjamin semakin meningkatnya  kualitas layanan sarana dan prasarana pendukung kegiatan ekonomi seperti pasar, pertokoan, pujasera, jalan.
“Perlu terus ditingkatkan  peran serta kalangan swasta  dalam mendukung penyelenggaraan berbagai even atau media promosi daerah yang menyebar di berbagai pusat-pusat keramaian/tempat-tempat wisata yang menjadi tujuan para pemudik,” pungkas pakar ekonomi ini. (ES)

Tidak ada komentar: