Jakarta (ANTARA News) - Reformasi yang sudah berjalan 13 tahun belum mampu memproduksi dan melahirkan pemimpin muda yang tangguh.

"Ini bisa dibuktikan bahwa masih tingginya elektabilitas figur lama yang muncul sejak sebelum reformasi menunjukkan reformasi belum mampu mereproduksi tokoh yang diharapkan oleh masyarakat," kata Sekjen Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Romahurmuziy atau Romi di Gedung DPR RI.

Namun harus diakui, survei persepsi ini sekaligus menunjukkan bahwa ketokohan tidak bisa dibangun instan.

"Ternyata perlu waktu untuk uji konsistensi kapasitas kepemimpinan," tambah Ketua Komisi IV DPR RI itu.

Munculnya nama Aburizal Bakrie dan Megawati Soekarnoputri adalah realitas yang tak terbantahkan dalam persepsi masyarakat kita.

"Jika trend ini berlanjut, maka 2014 kita belum bisa berharap munculnya tokoh baru, meski PPP meyakini akan menjadi periode terakhir kiprah politisi era reformasi," ungkap Romi.

Bagi PPP, soal usia bukan merupakan concern.

"Karena yang lebih dibutuhkan bangsa ini ke depan adalah pemimpin yang berani, decisive, berpola pikir entrepreneurial governance, dan memiliki pola berpikir out of the box," kata Romi.

Sementara itu, mantan Sekjen PKB, Lukman Edy mengatakan, lembaga survei sebaiknya tidak melakukan survei terhadap tokoh-tokoh tua.

"Yang disurvei itu harusnya tokoh muda, kalau ingin melahirkan pemimpin muda. Kalau yang disurvei itu tokoh-tokoh tua, ya akan lahir dan terkenal adalah tokoh tua, sementara banyak tokoh muda yang berpotensi dan menjadi pemimpin," kata Lukman Edy. (Zul)
Editor: Desy Saputra