Ambon (ANTARA News) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Ansyaad Mbai, menegaskan jaringan pelaku aksi teror bom di Ambon, tidak terkait hal serupa dalam teror bom bunuh diri di  Gereja Bethel Injil Sepenuh Kepunton Solo, Minggu (25/9).

"Bom bunuh diri di GBIS Solo tidak ada kaitannya dengan aksi teror bom di Ambon. Yang terpenting adalah masyarakat perlu mewaspadai upaya pihak-pihak lain yang ingin mengacaukan situasi dan kondisi di Ambon yang semakin kondusif," kata Mbai, di Ambon, Sabtu.

Menurut dia, pelaku bom Solo merupakan jaringan Cirebon yang salah satu anggotanya yakni Achmad Yosepha Hayat. Walau sering dinyatakan aksi bom bunuh diri, namun esensinya adalah teror yang harus ditangani secara khusus dan terpadu.

Pemuda tersebut adalah rekan Muhamad Syarif pelaku bom bunuh diri di Masjid Az Dzikra yang berada di Markas Polresta Cirebon, pada 16 April 2011.

"Sekali lagi tidak ada kaitan dengan bom Solo. Bom Solo dilakukan jaringan Cirebon. Meski demikian masyarakat diimbau agar lebih meningkatkan ketahanan untuk mengantisipasi aksi-aksi teror oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab," ujarnya.

Ia menegaskan, untuk mencegah aksi dan teror bom, maka pemerintah dan tokoh agama harus bersinergi serta proaktif melakukan program deradikalisasi sehingga berdampak mengurangi ideologi radikalisme sebagian kelompok menyesatkan.

Program deradikalisasi juga sudah dilakukan BNPT bekerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia bertujuan mengajak masyarakat memahami ajaran Islam Rahmatan lil Alamin.

"Kita sudah bersinergi dengan MUI dalam program Islam Rahmatan lil Alamin. Saya berharap hal ini juga dilakukan di Maluku," kata Mbai.

Ia juga berharap aparat Kepolisian Daerah Maluku dibantu TNI, terutama personil intelijen di daerah ini lebih meningkatkan kewaspadaan karena enam teroris jaringan Cirebon yang saat ini masuk daftar pencarian orang (DPO) Mabes Polri masih belum tertangkap.

"Masyarakat juga diminta partisipasinya turut serta memberantas terorisme dengan jalan melaporkan kepada petugas keamanan setempat bila mengetahui keberadaan para DPO yang saat ini paling diburu oleh Mabes Polri," ujar Mbai.

Masyarakat Maluku dan Ambon juga diimbau tidak terprovokasi dengan berbagai isu yang sengaja disebarkan oknum tertentu dengan tujuan membuat konflik di daerah ini terulang kembali sebagaimana pada 1999.

"Saat bentrok 11 September banyak pesan singkat ( sms) yang beredar seakan-akan Ambon sudah hancur, kenyataanya yang disaksikan sekarang ini tidak seperti yang diisukan. Saya berharap masyarakat jangan terpancing dengan isu provokatif sebaiknya ketahanan perlu ditingkatkan untuk menagkal berbagai isu tersebut," demikian Ansyaad Mbai. (ANT-184)