VIVAnews - Dua narapidana yang kabur dari Lembaga Pemasyarakatan Batu, Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, berhasil ditangkap dini hari tadi, Jumat 29 November 2013. Penangkapan kedua napi merupakan kerjasama antara petugas lapas, kepolisian dan Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Komandan Pusat Pendidikan Kopassus, Kolonel Inf. Djoko Andoko, dalam keterangan pers menjelaskan kronologi penangkapan dua napi tersebut.
Pada pukul 20.00 wib, sebanyak delapan orang dari Lapas Batu datang ke Komando Latihan Pendidikan Khusus Kopasus di Cilacap. Mereka ditemui oleh Komandan Sekolah Komando (Danseko) dan menjelaskan bahwa ada dua napi di lapasnya yang kabur.
"Maksud kedatangan mereka adalah meminta bantuan personel yang memiliki kemampuan air dan LCR (perahu karet untuk pendaratan) untuk melakukan penyisiran dua napi yang kabur," katanya.
Informasinya, lanjut Djoko, dua napi tersebut masih belum menyeberang nusakambangan dan sedang berupaya menyeberang. Informasi tersebut diperoleh dari pegawai lapas Jambi yang dihubungi napi yang kabur untuk meminta bantuan perahu, uang dan pakaian. Diketahui, salah satu napi yang kabur merupakan pindahan dari lapas Jambi.
"Dari koordinasi yang dilaksanakan Danseko mengeluarkan 10 personel dengan empat LCR untuk membantu tim pencarian dari Lapas," katanya.
Tim terus mencari dan mengecek tempat serta perahu-perahu yang dicurigai, namun tidak ditemukan.
Hingga pukul 24.00 wib, ada informasi dari Jambi yang mengatakan bahwa napi itu menelepon lagi untuk meminta perahu. Permintaan itu pun disanggupi. Justru ini yang dimanfaatkan oleh tim Kopassus untuk menyiapkan perahu yang diminta.
Pada pukul 01.00 wib, perahu nelayan yang disiapkan meluncur dan tim dalam posisi ambush (penyergapan) dengan jarak 100 meter dari lintasan perahu.
Pukul 01.15 wib, saat perahu terlihat dengan lampu nelayan terlihat oleh tim ada satu orang menuju air dari semak-semak antara Pelabuhan Sodong-Holcim.
"LCR pimpinan Serka Wahyudi yang terdekat langsung menyergap dan menangkap hidup satu target atas nama Suhardi," katanya.
Kemudian, dari informasi Suhardi, satu napi lainnya atas nama Harun, lari ke semak-semak. Kemudian, tim melakukan penyisiran. Tapi tidak ditemukan.
Akhirnya tim dibagi dua. Sebagian menyergap, tim yang lain berpura pura kembali.
Pada pukul 04.20 Wib, bersamaan dengan kapal pengangkut bahan semen Holcim melintas melewati pelabuhan Sodong terlihat ada orang berenang menuju kapal.
"Dan LCR dengan cepat menyergap orang tersebut dan ternyata adalah target kedua atas nama Harun dan tertangkap hidup
Harun bin Aziz adalah terpidana mati pindahan dari LP Jambi. Sedangkan Suhardi bin Hamid adalah terpidana seumur hidup pindahan dari LP Temanggung, Jawa Tengah. Keduanya terlibat dalam kasus perampokan di tempat terpisah.
Komandan Pusat Pendidikan Kopassus, Kolonel Inf. Djoko Andoko, dalam keterangan pers menjelaskan kronologi penangkapan dua napi tersebut.
Pada pukul 20.00 wib, sebanyak delapan orang dari Lapas Batu datang ke Komando Latihan Pendidikan Khusus Kopasus di Cilacap. Mereka ditemui oleh Komandan Sekolah Komando (Danseko) dan menjelaskan bahwa ada dua napi di lapasnya yang kabur.
"Maksud kedatangan mereka adalah meminta bantuan personel yang memiliki kemampuan air dan LCR (perahu karet untuk pendaratan) untuk melakukan penyisiran dua napi yang kabur," katanya.
Informasinya, lanjut Djoko, dua napi tersebut masih belum menyeberang nusakambangan dan sedang berupaya menyeberang. Informasi tersebut diperoleh dari pegawai lapas Jambi yang dihubungi napi yang kabur untuk meminta bantuan perahu, uang dan pakaian. Diketahui, salah satu napi yang kabur merupakan pindahan dari lapas Jambi.
"Dari koordinasi yang dilaksanakan Danseko mengeluarkan 10 personel dengan empat LCR untuk membantu tim pencarian dari Lapas," katanya.
Tim terus mencari dan mengecek tempat serta perahu-perahu yang dicurigai, namun tidak ditemukan.
Hingga pukul 24.00 wib, ada informasi dari Jambi yang mengatakan bahwa napi itu menelepon lagi untuk meminta perahu. Permintaan itu pun disanggupi. Justru ini yang dimanfaatkan oleh tim Kopassus untuk menyiapkan perahu yang diminta.
Pada pukul 01.00 wib, perahu nelayan yang disiapkan meluncur dan tim dalam posisi ambush (penyergapan) dengan jarak 100 meter dari lintasan perahu.
Pukul 01.15 wib, saat perahu terlihat dengan lampu nelayan terlihat oleh tim ada satu orang menuju air dari semak-semak antara Pelabuhan Sodong-Holcim.
"LCR pimpinan Serka Wahyudi yang terdekat langsung menyergap dan menangkap hidup satu target atas nama Suhardi," katanya.
Kemudian, dari informasi Suhardi, satu napi lainnya atas nama Harun, lari ke semak-semak. Kemudian, tim melakukan penyisiran. Tapi tidak ditemukan.
Akhirnya tim dibagi dua. Sebagian menyergap, tim yang lain berpura pura kembali.
Pada pukul 04.20 Wib, bersamaan dengan kapal pengangkut bahan semen Holcim melintas melewati pelabuhan Sodong terlihat ada orang berenang menuju kapal.
"Dan LCR dengan cepat menyergap orang tersebut dan ternyata adalah target kedua atas nama Harun dan tertangkap hidup
Harun bin Aziz adalah terpidana mati pindahan dari LP Jambi. Sedangkan Suhardi bin Hamid adalah terpidana seumur hidup pindahan dari LP Temanggung, Jawa Tengah. Keduanya terlibat dalam kasus perampokan di tempat terpisah.
Kasus Lain
Dua pekan lalu, seorang terpidana Lapas Batu juga berhasil melarikan diri. Ahmad Yusuf (47 tahun), narapidana kasus pembunuhan, kabur saat membuang sampah. Petugas menemukan baju tahanan Ahmad Yusuf di belakang lapas. Sampai saat ini, Ahmad Yusuf belum juga ditemukan.
Kapolres Cilacap AKBP Andri Triasputra menyatakan, kaburnya napi ini disebabkan karena lemahnya pengawasan. Selain itu, banyaknya napi juga tidak sebanding dengan jumlah petugas lapas yang berjaga.
Untuk mengantisipasi napi yang kabur, polisi telah menemparkan anggotanya di Nusakambangan dan telah disiapkan poko dan rumah dinas.
"Kepolisian berharap agar petugas lapas segera berkoordinasi jika terdapat napi yang kabur agar mudah dalam proses penangkapan," katanya.
Dari hasil pemeriksaan, Harun salah seorang terpidana mati mengaku telah merencanakan kabur sejak satu bulan lalu. Harun kabur dengan cara membongkar teralis menggunakan api lilin yang dipanaskan dan dengan menggunakan ampelas untuk memperkecil besi teralis. (ren)
Dua pekan lalu, seorang terpidana Lapas Batu juga berhasil melarikan diri. Ahmad Yusuf (47 tahun), narapidana kasus pembunuhan, kabur saat membuang sampah. Petugas menemukan baju tahanan Ahmad Yusuf di belakang lapas. Sampai saat ini, Ahmad Yusuf belum juga ditemukan.
Kapolres Cilacap AKBP Andri Triasputra menyatakan, kaburnya napi ini disebabkan karena lemahnya pengawasan. Selain itu, banyaknya napi juga tidak sebanding dengan jumlah petugas lapas yang berjaga.
Untuk mengantisipasi napi yang kabur, polisi telah menemparkan anggotanya di Nusakambangan dan telah disiapkan poko dan rumah dinas.
"Kepolisian berharap agar petugas lapas segera berkoordinasi jika terdapat napi yang kabur agar mudah dalam proses penangkapan," katanya.
Dari hasil pemeriksaan, Harun salah seorang terpidana mati mengaku telah merencanakan kabur sejak satu bulan lalu. Harun kabur dengan cara membongkar teralis menggunakan api lilin yang dipanaskan dan dengan menggunakan ampelas untuk memperkecil besi teralis. (ren)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar