Jpnn
JAKARTA - Pemberitaan seputar keterlibatan negara Singapura dan Korea Selatan dalam penyadapan oleh Australia dan Amerika Serikat tak luput dari perhatian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Menanggapi itu, SBY menugaskan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa untuk meminta konfirmasi langsung pada pemerintah dua negara itu.
"Singapura dan Korea Selatan adalah salah satu sahabat baik Indonesia yang katanya membantu Australia dan AS. Saya sudah instruksikan Menlu untuk mendiskusikan ini pada duta besar negara-negara itu," ujar Presiden dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta, Selasa, (26/11).
Menurut SBY, dari informasi yang berkembang memang tidak secara spesifik tidak disebutkan apakah kedua negara itu membantu operasi penyadapan terhadap Indonesia. Oleh karena itu, ia meminta konfirmasi terlebih dahulu pada Dubes RI di Singapura dan Korea Selatan.
"Mereka (Singapura dan Korsel, red) dikatakan membantu AS dan Australia menyadap komunikasi bawah laut di Asia. Meski tidak disebutkan secara spesifik Indonesia," sambungnya.
Melihat banyak isu penyadapan ini, SBY mengingatkan warga Indonesia agar tetap tenang dan tidak gegabah. Pemerintah, kata dia, tidak ingin masalah penyadapan ini mengganggu kerjasama dengan negara lain. Terutama di Australia, di mana ada kerjasama bidang pendidikan antarpelajar dua negara.
"Pemerintah bertanggungjawab selesaikan ini. Satu sisi masalah ini harus diselesaikan secara serius. Namun kita tetap harus rasional dalam bertindak, tidak gegabah, tidak bersikap irasional," tandas Presiden.
Harian The Age di Australia edisi Senin (25/11) yang mengutip pemberitaan tentang bocoran terbaru Edward Snowden yang dilansir koran Belanda, NRC Handelsblad, mengungkapkan bahwa intelijen Australia dan Singapura sudah bekerjasama sejak tahun 1970-an untuk menyadap komunikasi di Indonesia. Berdasar dokumen dari mantan kontraktor National Security Agency (NSA) di AS itu disebutkan Singapura dan Korea Selatan adalah mitra penting bagi AS dan Australia untuk menyadap berbagai telekomunikasi di Asia.
Dokumen NSA itu menunjukkan bahwa AS menjalin kemitraan intelijen yang disebut "Five Eyes" untuk menyadap fiber optik berkecepatan tinggi di 20 lokasi di seluruh dunia. Five Eyes beranggotakan AS, Inggris, Kanada, Australia dan Selandia Baru.
Meski operasi penyadapan itu meski bersifat rahasia, namun disebut melibatkan kerjasama dengan pemerintah di negeri yang disadap dan perusahaan telekomunikasi. Salah satu cara penyadapan itu melalui kabel bawah laut yang menjadi jalur lalu lintas komunikasi jaringan global. Tingkat penyadapan melalui fiber optik itu bisa melacak siapa saja, di mana saja dan kapan saja.
Dokumen NSA itu mengonfirmasi bahwa Singapura menjadi penghubung telekomunikasi paling penting di dunia dan menjadi pihak ketiga yang memegang peranan kunci bagi pekerjaan kemitraan intelijen Five Eyes. Menurut sumber-sumber di intelijen Australia, lembaga telik sandi di Departemen Pertahanan Singapura telah menjalin kerjasama dengan DSD untuk mengakses dan membagi komunikasi di jaringan kabel SEA-ME-WE-3, seperti halnya operasi serupa terhadap jalur kabel SEA-ME-WE-4 yang menghubungkan negeri pulau di sebelah utara Pulau Batam itu dengan bagian selatan Prancis.(flo/jpnn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar