BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Jumat, 22 November 2013

Kronologi Pengantar Pasien Siram Kopi Panas ke dr Fransisca versi POGI

Jakarta - Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Cabang Jakarta mengecam tindakan penyiraman kopi panas kepada dr Fransisca Mochtar. POGI mendukung proses hukum atas aksi tindak kekerasan kepada anggotanya tersebut. 

"Mengecam tindakan kekerasan yang dilakukan oleh pasien terhadap dr Fransisca Mochtar, SpOG dan mendukung upaya penyelesaian secara hukum atas kasus kekerasan terhadap dr Fransisca," ujar Ketua POGI Dr Frizar Irmansyah, SpOG dalam rilis yang diterima detikcom, Jumat (22/11/2013).

Sementara itu, Polsek Sawah Besar yang menangani kasus itu menyebut HH sebagai pelaku penyiraman telah berstatus sebagai tersangka.

Berikut kronologi peristiwa penyiraman kopi kepada dr Fransica versi POGI:

18 November 2013, pukul 19.00 WIB 

Pasien, perempuan Nn. NN, berusia 18 tahun diantar seorang pria berusia 50 tahun, melakukan konsultasi di RS Husada, Kota, Jakarta Barat. Setelah diperiksa, dilakukan pengambilan sampel, dilakukan pemeriksaan USG, lalu dijelaskan harus ke laboratorium. Pria yang menemani pasien menanyakan kepada dr Fransiska apa masalahnya gawat, dijelaskan “Hasil lab akan keluar dalam waktu 30 menit, lalu 
bapak kembali bawa hasil lab dan akan saya jelaskan”. 

Tetapi, pertanyaan diulang terus, dengan bertanya pengalaman dokter bagaimana? Selanjutnya dijawab bahwa dokter butuh konfirmasi dengan hasil lab dan hanya 30 menit. Pria tersebut terus berbicara dengan bertanya: “Sudah berapa tahun sih jadi dokter? ini kenapa?” Lalu dokter menjelaskan berulang-ulang dan akhirnya mereka ke lab, selama konsultasi pasien banyak diam saja. Dokter sempat melakukan follow up, menanyakan hasil ke lab sudah keluar atau belum, tapi pasien belum ke ruangan. 
Saat pasien dan pria pengantar menyerahkan hasil lab, dokter menjelaskan hasil pemeriksaan. Pengantar pasien marah-marah, lalu dokter mengatakan akan berikan obat. Pengantar pasien terus berbicara : “Ini kan berarti gawat dokter hasilnya, dokter kurang ajar, anjing”

Saat hal tersebut terjadi, dokter mengeluarkan HP untuk merekam, dan menanyakan apa hubungan pria tersebut dengan pasien, dijawab dengan kalimat “bukan urusan anda”, dokter lalu langsung disiram kopi dan dokter menarik lengan baju pria tersebut sambil menanyakan kenapa menyiram, lalu dia memukuli dokter, kemudian sambil berkata: “jangan macam-macam sama saya”. 

Sembari keluar ruangan, dokter mengejar dan mengatakan akan lapor ke polisi. Pria tersebut berkata bahwa dia kenal semua polisi, “kepala polisi mana yang saya nggak kenal”.

Selanjutnya dokter melakukan pemeriksaan visum dan ke kantor polisi untuk membuat laporan. Di kantor polisi, dokter diintimidasi dengan mengatakan akan dibuat nama baik dokter tercemar. ”Gampang sekali tinggal saya kontak seluruh stasiun TV, wartawan, media massa, saya akan lapor IDI, buat dokter susah, kalau dokter lapor saya juga lapor, lihat aja besok”, kata pria tersebut.
Sepanjang malam dia terus berkata-kata seperti itu.

Dokter sempat menyampaikan bahwa pria tersebut salah dan harus minta maaf bila salah. Pria tersebut tidak merespons,lalu melapor balik dengan berkata bahwa dokter merebut hasil lab dan merampas hasil lab dari pasien, dan mengenai kopi tersebut, kopi tumpah sehingga terpeleset dan dokter jatuh, lalu dokter melaporkan masalah penganiayaan yang tidak pernah dibuat.

Pria tersebut mengaku adalah calon suami pasien. Saat di kantor polisi, mereka ditemani oleh seorang warga Malaysia, dan pria pendamping ini mengatakan pada si warga Malaysia, tenang saja hukum di Indonesia gampang diatur, dan saya sengaja bawa kamu biar lihat nanti juga beres, saya kenal dengan kepala polisinya. 

Laporan kepada dokter sudah dicabut oleh pelaku, dan saat ini POGI Jaya mendukung penyelesaian kasus ini secara hukum. Semoga ini dapat menjadi pelajaran bagi semua pihak
Jakarta - Beberapa klarifikasi yang dapat disampaikan mengenai berita yang berkembang :

1.Tidak benar dr Fransisca Mochtar, SpOG bermain Blackberry saat memeriksa pasien

Dr. Fransiska tidak memegang Blackberry, karena memeriksa dengan sarung tangan, melakukan USG dengan sarung tangan, sehingga tidak bisa bermain dengan BlackBerry. Bahkan, dapat ditelusuri melalui handset BB tersebut. Dokter Fransisca mengeluarkan handphone untuk merekam perkataan pendamping pasien yang sangat tidak etis setelah pemeriksaan pasien selesai dilakukan

2.Tidak benar dr Fransisca Mochtar, SpOG ogah-ogahan dalam melayani

dr Fransisca Mochtar, SpOG merencanakan pemeriksaan laboratorium, karena obat tidak dapat diberikan bila pemeriksaan tidak dilakukan secara lengkap. Dokter Fransisca sangat serius melayani pasien, terlihat dengan dilakukannya pemeriksaan laboratorium, dimonitor hasilnya, serta diterangkannya secara langsung kepada pasien setelah hasil laboratorium selesai.

Tidak ada komentar: