Ngabang, Kalimantan Barat (ANTARA News) - Sebanyak 3.000 petani sawit kebun plasma PTPN XIII Ngabang belum lunas kredit bank yang keseluruhannya Rp 15 miliar. Bukan karena ingin mengemplang utang, tapi karena harga tandan buah segar sawit sempat terbanting sangat rendah.

"Sekarang sudah mulai mengangsur ke bank. Memang sejak 2000 sempat macet akibat krisis moneter, harga tanda buah segar hanya Rp400 per kg, jadi tiga koperasi sepakat agar tidak dilakukan pemotongan hasil panen," kata Manager PTNP XIII Ngabang, AB Simbolon, di Ngabang, Sabtu.

Menurut dia, dari 4.000 petani PTPN XIII, yang sudah melunasi kredit bank baru sekitar 900. Sehingga diharapkan semua segera melunasi kredit bank yang sempat macet, apalagi sekarang harga TBS sudah tinggi.

"Memang ketetapan mestinya 30 persen pemotongan hasil panen untuk bayar kredit bank. Tapi sekarang hanya Rp 100.000 yang dipotong. Sebenarnya masing-masing petani tidak banyak tunggakan Rp2 juta-Rp 3 juta saja, kalau dipotong 30 persen saja langsung lunas,"tegas Simbolon.

Ia mengatakan, sampai saat ini sisa tunggakan kredit petani Rp 15 juta yang sebelumnya mencapai Rp47 juta.

"Kita targetkan 2014 sudah harus lunas. Atau semakin cepat lebih bagus, karena kalau lamban juga akan berdampak proses replanting atau peremajaan ulang tanaman sawit. Petani masih hutang tentu tidak mungkin kita lakukan peremajaan kebun," tegas Simbolon.

Ia mengaku semua petani sudah berpenghasilan tinggi mengingat harga TBS pun tinggi. Pihak PTPN XIII juga banyak membantu petani seperti pemeliharaan insfrastruktur.

"Selama ini kita sudah bantu petani seperti memperbaiki jalan. Alat berat kita malah banyak di operasikan di kebun plasma (milik petani) dari pada kebun inti milik perusahaan," tandas Simbolon. (ANT-271)