Oleh Ahmad Wijaya
Jakarta (ANTARA
News) - Ada cerita menarik saat mengikuti perjalanan kunjungan kerja
Wakil Presiden Boediono ke London, Inggris, 28 Oktober--1 November 2013.
Boediono dalam perjalanan ke kota itu menggunakan pesawat komersial
Singapore Airlines, tidak menggunakan pesawat kepresidenan atau sewa ke
Garuda Indonesia.
Selain itu tak seorangpun menteri yang ikut mendampingi dalam
kunjungan kerja Wapres tersebut. Padahal Boediono menghadiri sejumlah
kegiatan internasional, seperti "World Islamic Economi Forum" (WIEF) ke-9, menghadiri "Open Government Partnership" (OGP), serta bertemu dengan Perdana Menteri David Cameron.
Satu hal yang agak mengagetkan adalah, Wakil Presiden Boediono
selama perjalanan pergi dan pulang menggunakan pesawat komersial, tidak
menggunakan fasilitas duduk "first class" tapi lebih memilih di kelas bisnis (business class).
Bisa dibayangkan orang nomor dua di republik ini, seorang Wakil
Presiden dalam perjalanan menuju London yang memakan waktu hingga 14 jam
dari Jakarta, hanya duduk di kelas bisnis.
Wapres duduk di kelas bisnis sudah tentu bersama dengan penumpang lainnya, yang berada berdekatan dengan Boediono.
Entah apa alasan mengapa Boediono" lebih senang menggunakan pesawat
komersial ketimbang harus menggunakan pesawat Kepresidenan saat
kunjungan kerja ke luar negeri.
Padahal sebagai wakil Presiden, Boediono sejatinya memiliki hak
seperti presiden menyewa dan menggunakan pesawat kepresidenan dengan
biaya yang tak terbatas.
Selain itu, kalaupun terpaksa menggunakan pesawat komersial, Wapres memiliki hak untuk duduk di "first class".
Sekretaris Wapres Mohamad Oemar mengatakan, Wapres memang sengaja
memilih menggunakan pesawat komersial dibanding harus menyewa pesawat
Garuda Indonesia, sebagai pesawat kepresidenan saat kunjungan kerja ke
London.
"Memang pertimbangannya ke arah efisiensi mengapa kunjungan kerja Wapres menggunakan pesawat komersial," kata Oemar.
Tanpa bersedia merinci biaya yang harus dikeluarkan, Oemar
mengatakan kalau Wapres menggunakan pesawat komersial dan duduk di "First Class" maka biayanya jauh lebih mahal jika duduk di kelas bisnis.
Demikian juga apabila Wapres Boediono menggunakan pesawat
kepresidenan ke London, selama enam hari, maka biaya yang dikeluarkan
bisa lebih dahsyat lagi.
Oemar mengatakan, sekalipun wapres menggunakan pesawat komersial
namun prosedur standar operasional (SOP) pengamanan tingkat tinggi tetap
dilakukan oleh Paspampres.
"Kita menyampaikan pemberitahuan kepada perusahaan Singapore
Airlines bahwa Wapres menggunakan pesawat reguler dalam perjalanan pergi
pulang Jakarta-London transit di Singapura," katanya.
Salah satu prosedur standar pengamanan yang dilakukan untuk "melindungi"
Wapres, kata Oemar, adalah penumpang yang duduk di sekitar Boediono
diisi oleh para sekretaris, deputinya, serta komandan regu Pasukan
Pengaman Presiden (Paspampres).
Sementara sejumlah anggota Pasapampres lainnya duduk di kelas ekonomi, dengan rombongan lainnya.
"Kita tidak ada yang membawa senjata saat melindungi wapres dalam
kunjungan kerja di luar negeri, baik di dalam pesawat serta selama
berada di London. Kita hanya mengandalkan ilmu bela diri untuk
melindungi Wapres," kata seorang anggota Paspamres yang enggan disebut
namanya.
Biaya tinggi
Juru bicara Wapres Yopie Hidayat mengatakan, memang ada selisih
besar apabila kunjungan kerja Wapres ke London menggunakan pesawat sewa
kepresidenan, dibanding menggunakan pesawat reguler komersial.
"Selisihnya cukup besar lho setelah kita hitung-hitung dan Wapres memilih menggunakan pesawat komersial," kata Yopie.
Dia hanya bisa menjelaskan alasan biaya sangat besar jika
menggunakan pesawat sewa kepresidenan milik Garuda Indonesia pun, karena
harus sewa parkir pesawat (apron) di Bandara Internasional Heathrow
sangat tinggi untuk enam hari.
Namun menurut salah seorang staf khusus Wakil Presiden yang enggan
disebut namanya mengatakan, sewa perjalanan kunjungan kerja Boediono
beserta rombongan jika menggunakan pesawat komersial Jakarta-London
pergi pulang hanya sekitar Rp3,5 miliar saja, tapi kalau menggunakan
pesawat sewa pesawat kepresidenan Garuda Indonesia bisa mencapai Rp13,5
miliar.
"Jadi memang selisihnya besar kalau menggunakan pesawat reguler
komersial dan pesawat sewa kepresidenan," kata staf tersebut.
Biaya sebesar itu, kata Staf Khusus Wapres itu, baru hanya untuk
transportasi Jakarta-London peergi pulang saja belum biaya sewa hotel
selama tiga malam di London.
Jadi karena semata-mata hanya alasan efisiensi dan menghindari
menggunakan uang negara sangat besar, Wapres Boediono bersedia naik
pesawat reguler komersial dibanding pesawat sewa.
Toh buktinya, Wapres Boediono bisa kembali ke Jakarta dengan selamat
dan tanpa ada insiden berarti selama di perjalanan yang melelahkan
itu.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar