Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta para peserta Program Pendidikan Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) agar dalam menghasilkan pemikiran juga memperhatikan aspek pemanfaatan untuk kehidupan yang nyata.
“Betapapun hebatnya hasil pemikiran mengenai suatu sistem, namun manakala tidak dadasarkan pada dunia nyata, kebutuhan riil, pemikiran itu tidak akan ada manfaatnya, dan sia-sia,” kata Presiden SBY saat memberikan pembekalan kepada peserta Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) Angkatan XIX, dan Pogram Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) XLIX, dan Angkatan L Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) di Istana Negara, Jakarta, Jumat (1/11).
Sebagai ilurtrasi Presiden memberi contoh melalui seminar Lemhanas menelurkan suatu pedoman atau panduan pemilu/pemilukada, yang di dalamnya memuat kriteria-kriteria seorang pemimpin. Selama pedoman atau panduan itu tidak bersinggungan dengan dunia nyata, kata Presiden, maka pemikiran hebat tersebut tidak akan berguna.
"Kita tidak bisa memaksa rakyat. Ayo bawa ke dunia nyata pemikiran-pemikiran yang baik ini. Supaya kita melihat sesuatu dari perspektif yang sama, menggunakan bahasa yang sama, memiliki pemahaman yang sama, dengan demikian calon-calon pemimpin bisa berjuang menuju sesuatu yang kita pahami bersama-sama,” ujar SBY.
Dengan demikian, lanjut Presiden, rakyat yang memilih pemimpin-pemimpin itu juga memahami masalah yang sama . “Dengan demikian kehidupan bernegara dimasa depan akan jauh lebih baik dibandingkan sekarang ini," tutur Presiden.
PancasilaPada kesempatan itu, Presiden SBY juga menanggapi munculnya pertanyaan kritis mengenai ideologi Pancasila yang dianggap sudah tidak dipedomani secara penuh sehingga perlu revitalisasi. "Saya hanya ingin mengingatkan bahwa Pancasila adalah a living ideology, ideologi terbuka dan bukanlah dogma," tegas Presiden .
Presiden menekankan, Pancasila juga falsafah dan dasar negara yang kita pilih dan anut sejak Indonesia merdeka. "Kalau kita paham makna, arti, dan posisi Pancasila sebagai falsafah, ideologi, dan dasar negara seperti itu, maka melihat Pancasila harus kontekstual dan kemudian dikaitkan dengan kehidupan bernegara,"pesan Presiden SBY.
Presiden menuturkan, dalam kehidupan dunia yang penuh dengan dinamika dan ketidakpastian, maka Pancasila harus bisa berperan dan menjadi pembimbing untuk menjadi lebih baik.
Pembekalan Presiden SBY meliputi penanganan berbagai persoalan bangsa kepada seluruh peserta Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) Angkatan XIX, dan Pogram Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) XLIX, dan Angkatan L Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) di Istana Negara, Jakarta.
Program pendidikan tersebut merupakan salah satu tugas pokok dan fungsi Lemhannas RI untuk membantu Presiden RI dalam penyelenggaraan pendidikan penyiapan kader dan pemantapan pimpinan tingkat nasional yang berpikir integratif dan profesional, memiliki watak, moral dan etika kebangsaan, berwawasan nusantara serta memiliki cakrawala pandang yang universal.
PPSA XIX yang berlangsung selama 5,5 bulan ini diikuti 53 peserta, yang berasal dari berbagai latar belakang seperti dari birokrat, Tentara Nasional Indonesia (TNI), polisi, akademisi, perguruan tinggi, kader partai politik, dan Organisasi Kemasyarakatan (ORMAS).
Tahun ini, jumlah peserta PPSA dan PPRA sebanyak 80 orang yang terdiri atas 17 perwira TNI Angkatan Darat (AD), 6 perwira TNI Angkatan Laut (AL), 7 perwira TNI Angkatan Udara (AU), 13 perwira Kepolisian RI (Polri), dan 37 peserta berasal dari berbagai institusi pemerintah, serta 7 peserta dari negara sahabat.
Kepada peserta dari negara-negara sahabat, Presiden SBY mengajak untuk menjadikan Indonesia sebagai negara keduanya, dan untuk tidak segan-segan datang kembali ke Indonesia berbagi gagasan. (WID/Humas Setkab/ES)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar